Selasa, 20 September 2011

Kalianlah Harapan Kami..


Pendidikan adalah faktor penting sebuah bangsa dalam mencapai peradaban yang mumpuni. Di setiap era dan zaman tantangan dunia pendidikan tentu berbeda karena input lingkungan dan metode pendidikan yang berbeda pula. Namun satu yang harus sama dan tak boleh berbeda ataupun bergeser yaitu nilai moral. Ini adalah harga mati dari pentingnya sebuah pendidikan. Secanggih apapun kurikulum yang dibuat tak akan mampu menjadikan ilmu itu sebagai ilmu yang bermanfaat tanpa adanya nilai moral yang dibangun diatas system kurikulum tersebut.

Semua pakar pendidikan, praktisi, guru, bahkan siapapun pasti sepakat bahwa pendidikan bukanlah hanya mentransfer ilmu tapi juga mentransfer nilai. Karena yang dididik adalah manusia, yang punya berbagai macam potensi, tak hanya potensi keilmuan tapi juga potensi social. Manusia membutuhkan arahan ilmu dalam potensi social tersebut agar mampu memiliki nilai hidup yang baik dan bermanfaat.


Belakangan ini kita dipertontonkan sebuah gambaran kecil – semoga begitu – dunia pendidikan kita. Masalah yang mungkin kompleks dan dialami lapisan masyarakat lain selain entitas pendidikan atau pelajar. Yaitu kegamangan nilai moral, tentu ini menjadi penting karena harapan terhadap entitas ini sangatlah besar. Tidak berlebihan rasanya jika memang ekspektasi itu ada dimasyarakat, karena bangsa ini sudah rindu kebangkitan. Dan tentu bangkitnya sebuah bangsa yang tidur sekian lama itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, ini adalah proses antar generasi. Jika saja generasi berikutnya itu tak memiliki kualitas mumpuni bahkan lebih buruk lagi rasanya kita harus bersabar lebih lama lagi untuk menyaksikan dan merasakan bangsa ini mencapai kejayaanya kembali.

Kekerasan yang terjadi beberapa waktu lalu di sebuah SMA di bilangan blok M Jakarta selatan membuktikan betapa lemahnya system pendidikan moral di negeri ini bahkan tak tanggung – tanggung yang diserang adalah wartawan. Tentu ini hanya potret kecil, sering kita melihat tawuran pelajar di ibukota, bahkan didaerah yang tidak jarang penyebabnya hanya masalah sepele. Belum lagi masalah lainnya seperti hedonisme, pergaulan bebas, narkoba dan yang lainnya. Kita mendambakan ditengah carut – marut kondisi negeri yang tak menentu ada tempat dimana kita bisa menitipkan angan kejayaan dimasa mendatang pada mereka.

Ini proses integral dari semua elemen pendidikan, namun tentu saja peran yang paling vital adalah guru disekolah. Jika saja para guru memahami kurikulum yang mereka pegang masing – masing itu adalah landasan teori saja dan membutuhkan sentuhan moral yang bukan nilai basa – basi formal saja. Tak dipungkiri lagi dunia pendidikan kita hanya focus pada “nilai” angka bukan nilai moral. Semua dipacu agar mendapatkan nilai yang terbaik dengan standarisasi yang terus meningkat. Ya, ini memang bagus dan seharusnya namun penerapan nilai angka yang menjadi prioritas utama dalam pendidikan sama saja meruntuhkan bangunan generasi yang akan disiapkan untuk hal – hal yang lebih berat dimasa mendatang.

Ada beberapa hal yang menonjol dari kondisi pelajar saat ini, yaitu yang pertama adalah kelemahan orientasi. Nilai yang dibangun adalah nilai materialistic yang kabur sehingga pelajar tak memiliki orientasi jelas. Sehingga menjadi sah – sah saja seolah – olah jika pelajar banyak yang melakukan hal – hal lain yang menyimpang diluar perannya sebagai pelajar. Yang kedua adalah kelemahan moral yang saya singgung diatas, tak perlulah saya komentari lagi seberapa pentingnya nilai moral itu dalam dunia pendidikan. Sudah banyak semboyan dan program yang dicanangkan untuk memasukkan nilai moral dalam proses pendidikan, namun semua hanya ad lips dan rencana-rencana formalitas belaka. Tak ada capaian jelas yang ingin dituju secara luas. Yang ketiga adalah lemah dalam hal organisasi, ini mungkin yang tidak banyak disentuh. Jika kita berharap penanaman nilai moral itu hanya ada di dalam kelas sama saja kita mengharapkan bulan jatuh ke bumi. Dengan system yang ketat dan tak adanya tanggung jawab pendidik untuk mengembangkan dan mengasah nilai itu melalui organisasi maka para pelajar pun hanya berkutat dengan dunianya sendiri agar mencapai sasaran yang terdapat dalam kurikulum.

Tak ada salahnya kita berbenah dan memperhatikan dengan serius calon – calon pemimpin masa depan kita itu. Mereka harus Cerdas dan mereka harus Bermoral, itu harga mati. Jika bangsa ini tak ingin menunggu matahari terbit dari barat untuk bangkit maka berbenahlah.

_ Ayo dukung Gerakan Pelajar Cerdas Bermoral

1 komentar:

  1. fenomena di atas memang komplek sob... dalam hal ini pelajar hanya sebagai korban, dari permasalahan2 moral yang melanda negeri ini sekarang... krisis moral pertama berada pada kurikulum pendidikan yang hanya mencetak pelajar yang pintar bukan yang bermoral. krisis moral yang kedua: keluarga berencana bangsa ini yang bingung dan tidak mau tau dalam memberikan pendidikan moral (suri tauladan) kepada anak2 na. krisis moral ketiga ya sistem... untuk membenahi ini all, kita harus kembali kepada al Quran dan Sunnah. itu udah harga mati. karena agama sekarang ini hanya dijadikan sebgai identitas keberagamaan saja tidaklah lagi menjadi reaktualisasi dalam kehidupan.. hehe

    BalasHapus