Selasa, 18 Oktober 2011

Presiden, Wapres, hanya penghias dinding

Polemik, ah sepertinya negeri ini sudah bosan dengan gaduh elit yang membuat perut terasa melilit, rambut kepala semakin sedikit, dan dahi selalu mengernyit. Rakyat sudah terlampau lelah dengan perjalanan jauh gonjang-ganjing politik. Yang entah siapa yang diuntungkan, namun yang pasti rakyat lah yang dirugika. Politik transaksional itu cara utama melanggengkan kuasa dan pengaruh. Jelas rakyatlah yang jadi objek taruhannya, entah siapa pemain siapa Bandar. 

Negeri ini punya presiden dan wakil presiden yang terpilih secara legal dari pemilu yang disebut sebagai mata air demokrasi itu sendiri. Presiden dan wakil presiden yang memberikan angan kejayaan kepada kami ketika meminta kami memilihnya dalam kampanye. Tentu mau tak mau kami percaya karena kau meyakinkan sebagian kami waktu itu dengan retorika harapan yang memukau. Walaupun kami sebenarnya setengah sadar kalau semua itu memang hanya janji. Tapi tak apalah sekarang kau menjadi pemimpin kami dan kami rela kau pimpin, tentu dengan aqad janji yang kau sampaikan dahulu.


Namun kini rasanya jauh sekali harapan akan janji yang kau berikan pada kami. Sehingga seolah kami tak pernah ada disetiap mimpimu. Tak pernah ada disetiap pikirmu, lalu waktu itu janji itu untuk siapa. Untuk kami atau untuk mereka, teman-teman, kolegamu yang berjasa padamu.

Kami tak ingin banyak darimu wahai presiden dan wapresku. Kami tak mendambakan kau berkunjung kerumah kami yang mungkin tak layak bagimu. Kami juga tak terlalu berharap kau mengunjungi lingkungan kami yang kotor, yang membuat kau tak nyaman bahkan dapat membuat kau terkena penyakit. Kami tak juga menuntut kau menengok sekolah kami yang pengap karena kami takut kau tertimpa kayu yang mulai keropos.
Tapi kami hanya berharap kau menjadi pemimpin yang bukan hanya menjadi pengisi bingkai penghias dinding yang ditempel di setiap ruang kelas disekolah, atau di gedung-gedung pemerintahan. Karena terlalu mahal harganya jika kami membayar ongkos pemilu hanya agar foto kau bisa dipasang di dinding-dinding itu. Karena tentu pasti lebih banyak foto model yang lebih bagus fotonya untuk dipajang. 

Kami hanya ingin merasakan kenyamanan saat kau pimpin, kedamaian, ketidakgaduhan, dan kepastian sikap bukan kepura-puraan. Karena kami dalam konteks ini bukanlah berperan sebagai penonton sinetron. Kami ingin jujur kau junjung tinggi sehingga tak adalagi kebohongan atau kepalsuan yang nyaris menjadi budaya. Kami ingin kau dapat menjadi panutan kami dalam setiap sikap dalam bermasyarakat. Sehingga ketika ada problema kau lah yang menjadi penengah dan acuan kebaikan bagi kami. Nilai kepastian dan kejujuran itu lebih berharga bagi kami daripada turunya harga BBM, murahnya sembako, ringannya TDL, atau murahnya biaya pendidikan dan kesehatan. Karena jika kau berikan jujur pada kami, sehingga jika kau gagal dalam memimpin dan tak dapat mengendalikan harga sembako, harga BBM, Tarif dasar listrik, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan. Kami akan memahami jika itu semua adalah bukan keinginanmu dan kita akan bersama dengan bangga mendukungmu agar kondisi menjadi lebih baik. Sebab kami yakin kau hanya manusia biasa yang berusaha menjadikan kami sebagai orientasimu. 

Namun jika tak kau berikan jujur pada kami, seberapa murahpun harga kebutuhan, biaya pendidikan biaya kesehatan. Kami tak akan yakin bahwa kami akan bahagia lama dalam kebohonganmu. Kami akan tetap merasa gamang, khawatir, resah, karena hidup serba tak pasti. Terlebih lagi jika kau tak jujur dan harga semua mahal pula, jangan harap kami beri cinta padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar