Kamis, 04 November 2010

Ber-Raga Pemuda Berjiwa Pahlawan

Ketika SD dulu, kita sering disuruh menghapal nama-nama pahlawan nasional dengan keunggulannya masing-masing daerah dan kehebatannya, ada Patimura, Cut Nyak Dien, Jend. Sudirman, Pangeran Diponegoro, Bung Tomo, dll. Para pahlawan rela menyumbangkan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan bangsa kita, begitu kurang lebih ibu guru menjelaskan. Begitu pula para pahlawan Muslim seperti hanzholah yang syahid dalam keadaan junub, mushab bin umair seorang parlente yang syahid dimedan perang dengan kafan yagn kurang, ataupun khalid bin walid sang panglima perang yang fenomenal yang syahid di atas tempat tidur, danmasih banyak lagi yang mereka merelakan harta dan jiwanya untuk bangsa dan Agamanya,




Pahlawan mampu dikenang kepahlawananya bukan hanya karena sosok namun karena karya fenomenalnya. maka itu lah kenapa pahlawan menjadi contoh para generasi setelahnya untuk menciptakan karya fenomenal sepertinya, meneruskan perjuangan dan doktrinasi ideologisnya. Pahlawan tentu saja satu paket dengan sisi kemanusiaanya yang tidak mungkin bisa dihilangkan dari sisi fitrah manusia, namun yang membedakannya dengan orang kebanyakan adalah bagaimana dia bisa mampu menempatkan sisi kemanusiaannya ke dalam rongga dadanya disisi dibagian yang paling pojok sehingga masih banyak ruang di dalam rongga dadanya tempat semangat bersemayam itu untuk meletakan naluri kepahlawanannya.


Dapat dipastikan diantara semua pahlawan manapun yang dicetak dan tercatat dalam sejarah peradaban manusia adalah dari kalangan muda, walaupun di negeri kita gelar itu diberikan kepada orang yang berjasa namun dia sudah meninggal sehingga diberi penghormatan dengan gelar pahlawan mengikuti gelar almarhumnya. Mereka menciptakan karya fenomenalnya dalam keadaan sebaik-baiknya, yaitu ketika muda, walaupun ada juga mereka yang sudah berumur masih memiliki jiwa itu, namun tetap saja jiwa itu tumbuh di waktu muda dan masih ada sampai tua. karena kepahahlawanan itu naluri dan medarah daging.


Masa kepahlawanan itu tentu saja tidak mungkin diisi oleh satu orang yang kita kenal dengan sebutan pahlawan itu. namun banyak pahlawan yang menjadikannya pahlawan, hanya saja siapa yang lebih dominan dan mampu mengendalikan yang itu saya sebut dengan "pemimpin pahlawan". tentu bagi para pahlawan itu tidak penting ditempatkan dimana mereka dalam sejarah, dikubur di taman makam pahlawan , atau terkubur masal bersama mayat-mayat lainnya. yang abadi adalah perjuangan mereka, itu lah relung kepahlawanan yang lahir dari ketulusan dan keberimanan yang tegas."Peradaban-peradaban besar dunia, adalah karya komulatif antar generasi" anis matta. oleh karena itu bisa jadi bukan kita yang merasakan hasil perubahan itu tapi generasi setelahnya, karena hakikat kepahlawanan adalah menyelamatkan generasi.

Maka oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi kita para pemuda untuk melatih jiwa kita agar dapat memberi lebih banyak daripada meminta, berbuat lebih banyak daripada mengeluh, menciptakan lebih banyak daripada mencela, mencetak lebih banyak daripada merusak. sehingga akan muncul dimana nanti masa kepahlawanan itu tiba, dan kita adalah bagian dari investor terhadap kepahlawanan itu, walaupun kita tidak dikenal dalam sejarah, namun kita akan dikenal oleh alam yang menjadi sejarah dan Maha Pencipta Alam.


spesial menyambut hari Pahlawan

oleh: Kurnia P Wijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar