Selasa, 26 Oktober 2010

Bencana, Refleksi Negeri dan Diri

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS Al-Baqarah [2]: 155-157)

Setiap kita di negeri ini pasti bertanya di dalam hati, mengapa bencana seolah tak henti melanda bangsa ini. seolah menanti giliran saja untuk tiba-tiba mencengangkan kita dengan dampak yang ada. Betapa itu pertanyaan yang sangat wajar dan alami ketika kita mempertanyakan apa yang menyebabkan ini semua terjadi. karena ini bagian dari keimanan seseorang untuk selalu mengingat Allah dalam segala kejadian.

Dalam Islam bencana adalah salah satu instrumen untuk mengevaluasi diri dan kembali kepada kesadaran bahwa tidak ada satu pun yang dapat menahan kekuasaanNya di alam jagad raya ini. Sekalipun betapa canggihnya peralatan dan teknologi yang ada dalam memperingatkan kita akan bencana itu terjadi. Namun tak ada satupun yang dapat memprediksi kapan bencana itu terjadi apalagi melawannya. Dalam keimanan kita bencana itu dapat bisa diartikan sebagai adzab atau teguran. yang keduanya mutlak hak prerogratif Allah.

Ketika kita melihat silih bergantinya bencana ini tentuk kita harus mengintrospeksi seperti apakah negeri ini sehingga Allah menurunkan bala ini. Tak terhingga rasanya kezhaliman yang kita lihat sehari-hari bagiamana di televisi hampir setiap hari kita akan di pertontonkan sebuah kejadian yang bahkan tidak pernah dilakukan oleh binatang, bahkan tak pernah terbayangkan sama sekali oleh kita. seperti ayah memperkosa anak kandungnya, anak membunuh ibu kandungnya dan sebagainya. ini menandakan tak ada lagi rasa ketakutan terhadap Allah di hati mereka.

Ditambah lagi kebobrokan moralitas yang sudah menjadi tidak tabu lagi dimasyarakat sehingga kebanyakan kita melakukan pewajaran atas kehancuran ini. Kaum muda-mudi yang terang-terangan menunjukan keliaran mereka mengumbar hawa nafsu, berkehidupan yang bebas sebebas-bebasnya dengan alasan masih muda dan takut dianggap "gak gaul". orang yang berzina dibela habis-habisan, dan dianggap biasa. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, tidaklah akan binasa umat ini sehingga orang-orang lelaki menerkam wanita di tengah jalan (dan menyetubuhinya) dan di antara mereka yang terbaik pada waktu itu berkata, “alangkah baiknya kalau saya sembunyikan wanita ini di balik dinding ini.” (HR. Abu Ya’la. Al Haitsami berkata, “perawi-perawinya shahih.” Lihat Majmu’ Zawaid: 7/331).

Sehingga ini berimbas pada sikap mereka terhadap moral, tidak ada lagi identitas pemuda dan pelajar yang intelektual dan mempunyai semangat membangun negeri, walaupun saya akui masih ada pemuda dan pelajar yang baik dan sesuai kodrat kepemudaanya itu, namun jumlahnya tidak banyak dan seringkali mereka pun hanyut kepada pusaran zaman. inilah yang mungkin membuat negeri kita kelabu akan kezhaliman sehingga Allah menurunkan teguran demi teguran.

Ketika bencana datang selain sebagian dari kita berintrospeksi diri, ada juga yang mengkritik dan menghujat pemimpin negeri ini. Tentang sikap mereka yang memimpin dengan penuh kezholiman dan ketidak amanahan. Mereka memang memiliki andil terhadap bencana dan kerusakan itu. Namun kita adalah anak bangsa ini, tinggal di negeri ini, bersikap di negeri ini, dan tentu punya andil terhadap apa yang kita lakukan di negeri ini walaupun dalam sekala mikro, namun jika semua melakukan hal yang sama, tentu akan menjadi gerakan makro yang mampu mempengaruhi negeri ini. Maka tentu apa yang terjadi barangkali ada andil kita disana, entah secara langsung seperti bencana banjir, yang kita sering membuang sampah sembarangan ke sungai. atau banjir bandang dan tanah longsor, yang banyak disebabkan oleh ilegal logging. atau secara tidak langsung akibat kedurhakaan kita yang terus mengkufuri NikmatNya, yang menjadikan Illah selain Nya, yang mengesampingkan hukum-hukumnya.

Maka mari kita berkontemplasi terhadap diri dalam setiap kejadian dan bencana, sebagai sarana kita untuk menambah keimanan dan kehambahaan kepadaNya, yang memiliki segala kuasa atas diri kita dan alam semesta ini. wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar